Salah satu daya tarik kota megapolitan New York adalah subway-nya yang melegenda. Tahun 1998, adalah pertama kalinya saya merasakan naik subway di kota New York. Saya beruntung merasakan naik subway saat usaha perbaikan dan memperindah stasiun serta gerbong subway sedang dan sudah terwujud. Kalau saja saya naik subway di tahun 70-an, gerbongnya masih dihiasi dengan graffiti dan kejahatan di dalam gerbong subway serta stasiunnya masih tinggi. Subway di New York terlahir dari kereta kuda atau stagecoach yang dioperasikan oleh seorang pengusaha bernama Abraham Brower, pada tahun 1827. Stagecoach ini dipakai untuk khalayak umum dan memiliki kursi sebanyak 12 buah. Kemudian pada tahun 1832, John Mason, mendirikan the New York and Harlem Railroad. Kereta kuda yang beroperasi saat itu menggunakan roda dari metal dan melewati rel. Sesudah kendaraan umum yang dioperasikan oleh pihak swasta, pemerintah kota New York mengambil alih dan mengatur sistem subway di kota New York. Pada tanggal 27 Oktober 1904, sistem subway di kota New York resmi beroperasi di bawah the Interborough Rapid Transit Company (IRT).
Naik subway di New York berarti harus bisa membaca petanya, yang bisa didapatkan dari booth di stasiun subway, atau dengan melihat peta besar yang dipampang di situ. Seperti kata suami saya yang selama beberapa tahun bekerja di kota New York, harus mengerti istilah “UPTOWN”, “MIDTOWN” dan “DOWNTOWN”. Alamat yang nomor jalanannya di atas nomor 59, berarti “UPTOWN” dan menuju ke bagian utara Manhattan. Daerah uptown adalah daerah dimana Central Park, taman kota terbesar, berada, juga beberapa museum besar New York berdiri. Sementara itu, daerah “MIDTOWN” merupakan daerah New York yang melingkupi daerah bisnis dan tujuan turis. Banyak gedung bersejarah dan yang menjadi simbol kota New York berada di daerah midtown: Empire State Building, Chrysler Building, gedung PBB, Times Square, daerah teater Broadway, dll. Daerah selanjutnya adalah “DOWNTOWN”, yang mengarah ke daerah pelabuhan di pulau Manhattan dimana kota New York berada. Di daerah downtown inilah terletak kantor walikota New York, Chinatown, Financial District dan pelabuhan untuk mengunjungi patung Liberty. Begitu kita paham akan tujuan kita, akan mudah membaca peta subway dan dijamin tidak akan tersesat. Kalau masih bingung atau tidak tahu dimana stasiun subway, bisa bertanya pada New Yorker yang lewat.
Tanda stasiun subway di jalan
Pintu masuk dan keluar subway di Times Square, berada di bawah tanah
Subway datang tiap 5 menit sekali dan di beberapa stasiun ada pemberitahuan di papan digital atau lewat pengeras suara, kalau ada kejadian tertentu yang menghambat perjalanan atau ada perubahan rute. Saat memasuki stasiun subway, calon penumpang diharuskan menggosok kartu Metro card di mesin, yang kemudian putarannya (turnstile) bisa digerakkan saat kartu sudah terbaca. Kartu Metro card ini bisa diisi ulang sampai tanggal kadaluarsanya dan kalau mengisi sebanyak $20, akan mendapatkan bonus 1 ongkos subway. Untuk mengenali subway mana yang akan kita naiki, kita tinggal merujuk pada huruf dan angka yang mewakili tiap rutenya. Misalkan: subway 4,5,6 yang menuju uptown dan downtown, sementara subway 7 menuju Flushing, di daerah Queens, atau subway N,Q,R yang rutenya midtown ke downtown dan Forest Hills di Queens. Kalau perjalanan kita menentukan kita harus naik subway yang berbeda, kita harus turun di stasiun subway tertentu yang biasanya agak besar untuk berganti subway rute selanjutnya.
Kartu Metro Card yang dipakai untuk naik subway
Stasiun subway di bawah tanah, terlihat dari permukaan
Hal yang saya kurang nikmati dari naik subway adalah karena letaknya yang di bawah tanah. Di beberapa stasiun, letak dari peron (platform) subway yang dituju berada jauh di bawah. Ciri khas dari stasiun subway adalah anak tangganya yang banyak. Hanya di segelintir stasiun terdapat escalator, dan itu pun kadang belum tentu bekerja. Jadi kalau saat turun dari subway, peronnya berada di bagian paling bawah, menaiki anak tangganya untuk menuju ke permukaan serasa olahraga yang cukup menguras tenaga. Sedangkan saat harus menuju ke bawah, melihat sekian anak tangga yang curam, kadang saya merasa ngeri. Karena tangga ke bawahnya biasanya sempit yang hanya bisa dilewati satu orang, ditambah lampu yang agak temaram harus membuat waspada. Langit-langit di stasiun bawah tanah, terutama yang jauh di bawah, tinggi dan terlihat gagah. Di stasiun itu terlihat bagaimana kota New York berkembang di tiap era. Tembok stasiun yang menghitam karena debu dan usia bisa menambah makna dari sebuah stasiun yang bersejarah dan termasuk tua, tapi ada juga yang sekedar terlihat jorok, apalagi dengan tambahan bau air seni. Hal lain yang harus diingat sebagai pengguna subway, jangan berdiri terlalu dekat dengan pinggiran peron. Beberapa kejadian menyeramkan dimana seseorang didorong ke tengah rel, bisa dijadikan pegangan. Yang lainnya, harus diingat, naik dan turun subway harus sesegera mungkin. Sebab pintu subway menutup dengan cepat, tapi jangan lupa akan keselamatan diri.
Stasiun subway yang berada jauh di bawah tanah
Gerbong subway saat kosong
Kota New York terkenal dengan para senimannya dan di stasiun subway maupun di dalam gerbong subway, beberapa seniman tersebut bisa kita temui. Suatu waktu sekelompok mahasiswa dari sekolah seni yang ternama, Juilliard, tampil memainkan lagu-lagu klasik di stasiun subway Times Square. Di lain waktu, sekelompok anak-anak muda lainnya menari break-dance, sebuah group paruh-baya menampilkan lagu-lagu the Beatles, dan seorang pemain saxophone memukau pengguna subway dengan alunan jazz-nya. Subway di New York seakan menjadi tempat persinggahan berbagai seniman yang kerap kali bisa memukau banyak orang yang lalu-lalang untuk berhenti, menikmati penampilan mereka dan bertepuk tangan meriah. Dari mulai gesekan pemain alat musik tradisional China, seorang wanita yang suaranya klasik dan bergaya blues, atau pemain cello yang tampil di peron di bawah tanah. Suara cello-nya kadang terbenam oleh bunyi mesin subway yang mendekati dan melewati stasiun. Seni lain yang terlihat di stasiun subway adalah mozaik yang menghiasi dinding stasiun. Di beberapa stasiun tua, seni itu terlihat dari detail arsitekturnya. Bahkan poster-poster yang ditempelkan di tiap stasiun pun memiliki seni tersendiri. Bagian dalam gerbong subway juga menampilkan seni dalam wujud gambar yang unik, yang hanya ada di dalam subway, dan ada juga berupa puisi. Subway bukan sekedar alat transportasi umum, tapi juga simbol dari kota New York yang unik dengan segala macam kelebihan dan kekurangannya. Itulah kenapa, saat mengunjungi kota New York, naik subway adalah salah satu agenda yang harus dilakukan.
Subway unik berhiaskan adegan dari sebuah serial drama TV
Pemusik subway yang banyak ragamnya